Sejak hari dimana kau memutuskan pergi,tidur malam bagiku adalah mimpi buruk yang panjang.Aku tak ingin memejamkan mata. Aku tak ingin hal yang sama terjadi lagi,semua hilang saat aku membuka mata. Masih terekam baik di ingatan,bagaimana seseorang yang kusebut sebagai alasan bahagia,kamu, pergi. Di malam itu,dengan langkah yang sama seperti saat melangkah ke arahku,kamu gunakan langkah serupa untuk meninggalkanku. Kalau saat itu kita tetap menjadi orang asing,mungkin hubungan kita tidak akan serumit ini. Semua tidak akan sesakit ini. Tidak ada yang perlu merasa kehilangan karena ditinggalkan. Kita masih bisa dekat. Walau hanya berstatus sahabat. Kini,aku menyadari satu hal,meski dengan sangat terlambat. Memilikimu hanya akan membuat diriku menjadi orang pertama yang paling berpotensi kehilanganmu. Aku terlalu di butakan dengan rasa yang ku miliki,hingga bertindak gegabah dengan membalas perasaannya begitu mudah. Tanpa berfikir apakah nantinya semua ini tidak akan berubah.
Sebelumnya terima kasih karenamu perasaanku memang tidak bertepuk sebelah tangan. Kau tidak menjatuhkan aku yang sudah terbang tinggi untuk sebuah harapan dapat dekat denganmu. Kau juga tidak pernah mengabaikan aku, meski dengan jelas ada seseorang lain yang jauh lebih mencintaimu dibandingkan aku. Kau sendiri yang memilih bersamaku. Dan terima kasih tidak membuat aku kecewa, meski jauh di sana ada hati yang jauh lebih terluka untuk ini. Setiap waktu dimana kita habiskan bersama, aku selalu bersyukur banyak atas itu. Terima kasih, karena kamu menjadi salah satu alasan dimana aku semangat bangun dipagi hari. Kamu juga, yang telah membuat hariku di hari dulu dengan cepatnya berlalu. Terima kasih untuk setiap hari bahagianya. Meski hanya dapat memandang punggungmu dari jauh sana, aku tetap menjadikan itu hari bahagia. Berjalan disisimu, itu sudah aku idamkan sejak sekian lama. Itu benar menjadi nyata. Semesta dengan nyata mengabulkan segala semoga. Dan aku begitu bahagia. Setiap lang