Langsung ke konten utama

Postingan

Kita seharusnya tak pernah ada.

Sejak hari dimana kau memutuskan pergi,tidur malam bagiku adalah mimpi buruk yang panjang.Aku tak ingin memejamkan mata. Aku tak ingin hal yang sama terjadi lagi,semua hilang saat aku membuka mata. Masih terekam baik di ingatan,bagaimana seseorang yang kusebut sebagai alasan bahagia,kamu, pergi. Di malam itu,dengan langkah yang sama seperti saat  melangkah ke arahku,kamu gunakan langkah serupa untuk meninggalkanku. Kalau saat itu kita tetap menjadi orang asing,mungkin hubungan kita tidak akan serumit ini. Semua tidak akan sesakit ini. Tidak ada yang perlu merasa kehilangan karena ditinggalkan. Kita masih bisa dekat. Walau hanya berstatus sahabat. Kini,aku menyadari satu hal,meski dengan sangat terlambat. Memilikimu hanya akan membuat diriku menjadi orang pertama yang paling berpotensi kehilanganmu. Aku terlalu di butakan dengan rasa yang ku miliki,hingga bertindak  gegabah  dengan membalas perasaannya begitu mudah. Tanpa berfikir apakah nantinya semua ini tidak akan berubah.
Postingan terbaru

Mengikhlaskanmu

Sebelumnya terima kasih karenamu perasaanku memang tidak bertepuk sebelah tangan. Kau tidak menjatuhkan aku yang sudah terbang tinggi untuk sebuah harapan dapat dekat denganmu. Kau juga tidak  pernah mengabaikan aku, meski dengan jelas ada seseorang lain yang jauh lebih mencintaimu dibandingkan aku. Kau sendiri yang memilih bersamaku. Dan terima kasih tidak membuat aku kecewa, meski jauh di sana ada hati yang jauh lebih terluka untuk ini. Setiap waktu dimana kita habiskan bersama, aku selalu bersyukur banyak atas itu. Terima kasih, karena kamu menjadi salah satu alasan dimana aku semangat bangun dipagi hari. Kamu juga, yang telah membuat hariku di hari dulu dengan cepatnya berlalu. Terima kasih untuk setiap hari bahagianya. Meski hanya dapat memandang punggungmu dari jauh sana, aku tetap menjadikan itu hari bahagia. Berjalan disisimu, itu sudah aku idamkan sejak sekian lama. Itu benar menjadi nyata. Semesta dengan nyata mengabulkan segala semoga. Dan aku begitu bahagia. Setiap lang

DESEMBER, AKU,LUKA DAN DIA.

Desember. Hai. Bagaimana kabarmu? Ah pasti kau baik baik saja. Setelah melepas aku, kau terlihat nyata begitu bahagia. Ah aku jadi merasa seperti beban bagimu. Beban kebahagiaanmu. Maafkan aku. Tapi, se-membebani itu kah aku di dalam hidupmu? Hingga rasa tega itu tak ada kasihnya sama sekali. Ah lagi pula aku tak butuh kasihmu. Harus sekali menyakiti aku supaya aku melangkah pergi? Iya? Begitu? Jika begitu, kenapa awalnya mengajak berlari? Kau tau aku kan, aku ini lemah. Kau pasti tau itu. Seharusnya setelah kau tau aku lemah dalam berlari, kau berhenti dan menungguku, bukanya malah berlari meninggalkanku,menyusul yang dapat berlari kencang denganmu. Seharusnya kau tidak seperti itu. Desember. Hai. Setelah kau berlari kencang dan menemukan yang yang kuat diajak berlari. Apakah menyenangkan? Ah aku rasa iya. Kau terlihat begitu bahagia ya. Ah aku jadi bahagia melihatnya, walau sisi lain diriku secara nyata terluka. Tapi demi dirimu bahagia, aku rela. Hanya luka saja. Hanya. A

Des(end)ber

Desember. Hai. Apa kabar? Aku tak benar benar merindukanmu. Sungguh. Niatku hanya menyapa. Itu saja tak lebih. Semoga kau selalu tetap bahagia, ya. Jangan luka, cukup aku saja. Seperti dulu, sebelum, saat dan setelah (tidak lagi) bersamaku. Entah mengapa rasa benci ku tak pernah  bisa sebesar rasa ingin memilikimu. Apa ini yang dinamakan pembodohan diri yang di atas namakan rasa 'menyayangi ? Menyakitkan rupanya. Hah. Tapi sudahlah,lupakan. Kini kita telah menemukan bahagia sesungguhnya (sesuai dengan keinginan; itu bagimu tidak bagiku) . Yang ku sesali dari ini sebelum kau pergi, aku tak mengucapkan kalimat 'selamat tinggal ' dengan sungguh sungguh. Karena itulah, sampai saat ini,masih ada rasa yang menganjal tertinggal di bagian dimana saat menatapmu otomatis  ada yang berdetak. Oh kau tidak perduli ya? Ah aku juga tidak minta kau perdulikan,sebenarnya. Walaupun begitu, percayalah. Dari detik kau datang ,pergi hingga hari ini, kau masih yang terpilih. Ak

Dulu

Hai kamu.  Apa kabar? Aku masih saja tak percaya, kau begitu tega. Mempermainkan rasa dan berlaku seolah olah tak terjadi apa apa. Aku masih saja tak percaya,kau yang diawal begitu memperjuangkanku dengan sangat, kini semua itu menjadi apa yang masih saja tak kupercaya. Aku menyukaimu. Cinta. Sayang. Apa ini yang dulu selalu kau sebut sebut? Kau katakan padaku?  Iya ini, yang setelah bertemu yang baru semuanya beda? Kau ingin dia dan melupakan aku?Iya? Begitu rupanya. Lalu, dulu mengapa aku diperjuangkan mati matian jika sekarang aku kau matikan? Mengapa dulu kau mengucap memiki rasa jika yang terjadi hari ini adalah kepahitan? Ini rasa yang kau maksud akan kau ucapkan tapi tak sempat kau selesaikan? Untuk apa kau mengajaku melangkah berdampingan jika sekarang kau sendiri jugalah yang lari dengan kencang? Apa gunanya berjanji tak akan meninggalkan jika hari ini kau sendiri yang pergi tanpa alasan? Untuk apa dulu berkata akulah satu satunya, lalu kenapa ada dia? Mengapa dulu seolah ak

Jauh

Dear sahabatku. Lama tak berjumpa ya? Apa kabar? Bagaimana keadaanmu dilingkunganmu yang masih cukup terbilang baru? Semoga kau betah ya. Semoga kau temukan kenyamanan yang sama seperti saat  kita masih bersama dulu. Apa sekarang kalimat rindu itu pantas kita pakai? Kuharap begitu. Karena semenjak jauh,aku begitu sangat merindukanmu. Sebenarnya aku tidak merindukanmu. Aku merindukan kebiasaan kebiasaan yang dulu sering kita lakukan bersama dan sekarang kebiasaan kebiasaan itu hanya tinggal bayangan dan kenangan. Sering muncul ketakukan ketakutan kecil semenjak kita jauh. Aku takut antara kau dan aku nanti, akan saling melupakan. Tapi, aku diciptakan untuk menjadi yang sulit melupakan. Jadi, aku tak mungkin melupakanmu. Aku harap kau pun begitu. Ku harap kau tidak berubah ya. Hanya karena mendapat teman dan lingkungan yang baru, kau jadi lupakan aku. Jangan begitu. Aku percaya, kau bukan kacang yang lupa kulitnya. Saat kita bertemu, dulu. Ini pun tak ada dalam bayangan

Surat Cinta Untuk Bapak

Lampung, July 2017   Aku menulis ini dengan perasaan penuh rindu, dengan menahan bulir bening yang menggantung dipelupuk mata,yang siap tumpah kapan saja. Bayangan yang tak ada dimasa laluku bahwa dimasa depan, aku harus jauh dari sosokmu. Tahun tahun sulit aku lewati tanpamu. Tahun tahun sulit yang digelayuti rindu temu. Gelisah jika dimasa depan kita belum sempat bertemu lagi, tapi aku sudah tidak dapat menatap mata dan senyumu.    Pak.Apakah kita bisa bertukar posisi?sebentar saja. Aku jadi bapak, bapak jadi aku.  Aku ingin bapak merasakan menjadi aku yang harus jauh dari bapak untuk kurun waktu yang tidak sebentar. Menahan rindu yang menyesakan dada,menahan ingin bercerita apa yang terjadi saat bapak tak ada disampingku. Aku ingin menangis dipelukmu pak, menumpahkan seluruh air mata yang kutahan ditahun tahun sulit yang ku lewati tanpa sosok bapak. Di pelukmu aku ingin menangis,menangis  sekencang kencangnya,saat aku tahu bahwa kita harus berjauhan sementara untuk kurun waktu y