Langsung ke konten utama

Surat Cinta Untuk Bapak


Lampung, July 2017

  Aku menulis ini dengan perasaan penuh rindu, dengan menahan bulir bening yang menggantung dipelupuk mata,yang siap tumpah kapan saja. Bayangan yang tak ada dimasa laluku bahwa dimasa depan, aku harus jauh dari sosokmu. Tahun tahun sulit aku lewati tanpamu. Tahun tahun sulit yang digelayuti rindu temu. Gelisah jika dimasa depan kita belum sempat bertemu lagi, tapi aku sudah tidak dapat menatap mata dan senyumu.
   Pak.Apakah kita bisa bertukar posisi?sebentar saja. Aku jadi bapak, bapak jadi aku.  Aku ingin bapak merasakan menjadi aku yang harus jauh dari bapak untuk kurun waktu yang tidak sebentar. Menahan rindu yang menyesakan dada,menahan ingin bercerita apa yang terjadi saat bapak tak ada disampingku. Aku ingin menangis dipelukmu pak, menumpahkan seluruh air mata yang kutahan ditahun tahun sulit yang ku lewati tanpa sosok bapak. Di pelukmu aku ingin menangis,menangis  sekencang kencangnya,saat aku tahu bahwa kita harus berjauhan sementara untuk kurun waktu yang tidak sebentar.
  Pak. Jujur saja, aku iri pada mereka, mereka yang dapat memeluk sosok heronya setiap waktu,sedangkan aku? tidak. Aku ingin seperti mereka.  Daftar sekolah didampingi orang tua.  Rapat wali murid orang tuaku datang. Tapi semua itu hanya bayangan bagiku. Ini sulit pak. Saat dimana semua aku yang harus mengurus sendiri, bapak yang jauh,mamak yang sibuk. Apalagi saat rapat wali murid "diwakilkan saja, paling paling bicara soal uang bangunan" itu saja terus yang kudengar dari mamak. Diam diam kadang aku menangis.  Aku ingin kedua orang tuaku bisa ikut hadir menemaniku, datang kerapat seperti orang tua teman temanku yang lain.  Tapi lagi dan lagi, karena tuntutan pekerjaan. Aku dituntut untuk membiasakan. Berulang ulang kali sudah aku berfikir, kenapa aku tidak seperti mereka ya? Yang diantar jemput kesekolah sedangkan aku? Saat SMP karena jarak sekolah dengan rumah jauh, aku harus ngekost. Bayangkan saja, mau menjadi sekolah tingkat pertama mendaftar sendiri, baru menjadi siswa tingkat pertama aku yang tak terbiasa jauh dari orang tua ini sudah harus belajar jauh dari orang tua. Bapak dan mamak tak pernah tahu bagaimana sulitnya aku yang saat jauh sering kali sulit tidur.
  Satu momen yang aku rindukan saat bapak masih ada dirumah adalah bapak mengantar dan menjemputku kesekolah. Aku rindu diantar dan dijemput oleh bapak.  Itu momen yang jarang, seingatku hanya dua kali selepas lulus SD bapak mengantar dan menjemputku ke SMP ,itu juga saat aku duduk dikelas tujuh. Selebihnya saat aku kost, itu juga bapak mengantar ketempat kost, bukan kesekolah. Kelas delapan dan sembilan yang kurasa hanya bayangan bekas yang lalu yang kulihat. Bahkan, perpisahanpun tak ada yang hadir menjadi waliku. Daftar sendiri ya lulus juga sendiri.
  Pak. Hal yang aku rindu selanjutnya adalah aku rindu dibela bapak saat mamak memarahiku. Aku rindu melihat sikap bapak yang tenang, tak pernah berteriak apalagi marah padaku dan mamak. Saat jauh pun bapak tetap begitu, tenang dan santai saat kabar burung yang disebarkan otak otak tak berpendidikan itu sampai ketelinga mamak. Bapak selalu berusaha menenangkan mamak,meyakinkan semua tidak terjadi dan semua baik baik saja. Kesabaran dan kasih sayang bapak yang membuatku kagum dan semakin rindu dengan bapak. Bapak pernah berkata"terus berusaha selagi bisa, walaupun sudah mapan, bekerja lebih giat lagi tak ada salahnya. Karena iya hari ini kita begini tapi,kita tidak tahu apa yang terjadi dihari esok dan seterusnya.  Jangan merasa sudah sukses lalu berhenti atau tetap stuck dititik itu saja. Kehidupan itu berjalan, kita juga harus maju.  Kita maju atau terlindas kejamnya zaman.  Pilih saja". Karena itu, saat bapak merantau jauh aku mencoba memahami apa yang bapak rasakan dan bapak perjuangkan.  Semata mata hanya karena bapak ingin melihat anak dan istrinya bahagia.
  Pak. Anak bungsumu ini sekarang sudah gadis lho. Soal asmaraku juga bapak sepertinya tak mau ketinggalan,meski jauh, dibeberapa kesempatan saat dapat moment bicara berdua bapak juga iseng menanyakan pertanyaan seputar itu. Salah Satu pertanyaan yang kuingat juga beberapa kali bapak tanyakan"apakah sudah punya pacar" sempat membuatku tertegun dan bingung harus jawab apa. Saat aku jawab" tidak ada.  Memang kalo ada kenapa pak?" yang membuatku tidak percaya adalah bapak dengan santainya menjawab"ya tidak kenapa kenapa". Aku tak pernah mengira, sosok bapakku yang kufikir akan galak seperti orang tua teman temanku ketika mengetahui anak gadisnya sudah memiliki kekasih, beliau akan marah. Tapi ternyata bapak biasa biasa saja. Bahkan bapak menanyakan itu beberapa kali setiap menelfon. Ah, itu semakin membuatku rindu bapak.
  Oh iya Pak, aku sekarang sudah pandai memasak lho. Bapak ingin dimasakan apa olehku? Oh iya,Sayur bening buatanku sudah tidak keasinan lagi seperti dulu jadi,bapak tidak usah lagi memaksa makan sayur beningku yang asin. Aku juga sekarang sudah tinggi pak, lebih tinggi dari mamak. Aku juga sudah bisa mengendarai motor dengan lancar, bahkan bidadari surgamu kemana mana aku yang hantar. Jangan khawatir, aku gak ngebut ngebut kok bawa motornya, aman.
Pak.Tanpamu tahun tahun yang sulit kulewati ini berjalan dengan lambat. Yang ku nanti disetiap detik waktu hanya kepulanganmu.
  Ketahuilah pak,sepanjang tahun saat berjumpa kerabat jauh"Kapan bapak pulang? " adalah pertanyaan yang selalu mereka tanyakan ke mamak dan aku,sampai sampai aku bosan mendengarnya. Karena saat pertanyaan itu ditanyakan, sesak yang sama selalu hadir didadaku.
  Pak.Tahun ini lebaran ke-4 bapak ditanah rantau. Apa bapak tak rindu aku? Tak rindu cucu dan bidadari surgamu? Yang siang malam menanti telfon dan kepulanganmu. Kapan kabar itu bapak beritakan? Aku ingin segera mendengar berita bahagia itu. Aku tahu, bapak harus merantau jauh itu demi aku dan mamak. Semua itu tidaklah mudah bagi bapak,harus jauh dari anak dan bidadari surgamu. "Demi kemajuan ekonomi keluarga apapun bapak lakukan" itulah yang selalu terngiang ditelinga dan bayangan ingatanku.
  Pak. Sesungguhnya saat aku berkata bertukar posisi bapak yang jadi aku. Aku tak benar ingin bapak merasakan menjadi aku. Karna yang sebenarnya adalah aku yang ingin merasakan menjadi bapak. Harus jauh dari orang orang yang dicinta, melawan bahaya, menikmati pegal dikaki dan tangan tanpa ada yang menemani. Merasakan sulitnya membahagiakan orang yang dicintai walaupun diri harus rela tersakiti. Berjuang demi yang dicintainya bahagia. Mencukupi semua kebutuhaku,kebutuhan mamak, kebutuhan ekonomi lainnya. Mungkin dibandingkan dengan ocehan"aku rindu bapak" bapak jauh lebih dari sekedar kata itu. Bapak dipaksa jauh,itu semua demi kami.
  Pak. Sesulit apapun masanya, untuk semua detik, menit, jam, hari, bulan, tahun, bahkan abad terimakasih untuk semua. Semua cinta dan kasih bapak yang bapak beri selama ini. Semua pengorbanan pengorbanan yang telah bapak berikan. Semua yang jika kusebut saja tak akan cukup hanya dalam bermilyar kertas dan rentetan kata panjang.  Ini tidak lebay, ini sungguhan. Karena bagiku, deskripsi kataku ini belum mewakili separuh dari apa yang aku rasakan dan bapak perjuangkan. Terimaksih saja untuk superhero ku ini rasanya tidaklah cukup. Di masa depan aku harus membuat bapak dan mamak bahagia. Karena sebelum itu terjadi, rasanya langkah masa depanku terhenti.
  Pak. Doa ku agar bapak dan mamak panjang umur, sehat selalu dan dapat menikmati hasil dari perjuanganku nanti,adalah permohonan yang selalu pertama kali aku ucapkan . Karena dimasa depan,keinginan terbesarku adalah melihat bapak dan mamak menikmati suksesku,dengan duduk diteras menghabiskan masa tua sambil minum teh berdua tanpa harus dibebani membahagiakan aku lagi. Sebaliknya, aku yang akan membahagiakan mamak dan bapak. Setiap langkah kakiku, setiap usaha usahaku, restu mamak dan bapak lah yang selalu aku utamakan.
  Pak. Aku ingat bapak pernah bilang, bapak beruntung memiliki aku.  Tidak pak, tidak. Itu semua salah. Yang benar adalah bukan bapak yang beruntung memiliki aku tapi, aku yang beruntung memiliki ayah seperti bapak. Ayah yang menyayangiku. Mungkin aku tidak seberuntung mereka dalam hal harta. Tapi aku beruntung dalam hal kasih sayang orang tua. Allah menitipkan aku kepada bapak dan mamak yang luar biasa menyayangiku. Setelah menginginkan kebahagian bapak dan mamak, keinginan keduaku adalah jika dikehidpuan selanjutnya aku dilahirkan,aku ingin dilahirkan dari rahim mamak dan  menjadi anak mamak dan bapak.
  Pak. Inti sebenarnya dari rentetan kalimat yang tidak begitu terlalu panjang ini hanya ada satu yaitu;aku rindu bapak,aku rindu sekali, sangat rindu. Aku rindu waktu dimana aku menghabiskan hari dengan ditemani bapak dan mamak.
Pak.
Cium dan Peluk jauh dari bungsumu yang rindu berat.
 I Love You. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dulu

Hai kamu.  Apa kabar? Aku masih saja tak percaya, kau begitu tega. Mempermainkan rasa dan berlaku seolah olah tak terjadi apa apa. Aku masih saja tak percaya,kau yang diawal begitu memperjuangkanku dengan sangat, kini semua itu menjadi apa yang masih saja tak kupercaya. Aku menyukaimu. Cinta. Sayang. Apa ini yang dulu selalu kau sebut sebut? Kau katakan padaku?  Iya ini, yang setelah bertemu yang baru semuanya beda? Kau ingin dia dan melupakan aku?Iya? Begitu rupanya. Lalu, dulu mengapa aku diperjuangkan mati matian jika sekarang aku kau matikan? Mengapa dulu kau mengucap memiki rasa jika yang terjadi hari ini adalah kepahitan? Ini rasa yang kau maksud akan kau ucapkan tapi tak sempat kau selesaikan? Untuk apa kau mengajaku melangkah berdampingan jika sekarang kau sendiri jugalah yang lari dengan kencang? Apa gunanya berjanji tak akan meninggalkan jika hari ini kau sendiri yang pergi tanpa alasan? Untuk apa dulu berkata akulah satu satunya, lalu kenapa ada dia? Mengapa dulu seolah ak

Kita seharusnya tak pernah ada.

Sejak hari dimana kau memutuskan pergi,tidur malam bagiku adalah mimpi buruk yang panjang.Aku tak ingin memejamkan mata. Aku tak ingin hal yang sama terjadi lagi,semua hilang saat aku membuka mata. Masih terekam baik di ingatan,bagaimana seseorang yang kusebut sebagai alasan bahagia,kamu, pergi. Di malam itu,dengan langkah yang sama seperti saat  melangkah ke arahku,kamu gunakan langkah serupa untuk meninggalkanku. Kalau saat itu kita tetap menjadi orang asing,mungkin hubungan kita tidak akan serumit ini. Semua tidak akan sesakit ini. Tidak ada yang perlu merasa kehilangan karena ditinggalkan. Kita masih bisa dekat. Walau hanya berstatus sahabat. Kini,aku menyadari satu hal,meski dengan sangat terlambat. Memilikimu hanya akan membuat diriku menjadi orang pertama yang paling berpotensi kehilanganmu. Aku terlalu di butakan dengan rasa yang ku miliki,hingga bertindak  gegabah  dengan membalas perasaannya begitu mudah. Tanpa berfikir apakah nantinya semua ini tidak akan berubah.