Desember. Hai.
Bagaimana kabarmu? Ah pasti kau baik baik saja. Setelah melepas aku, kau terlihat nyata begitu bahagia. Ah aku jadi merasa seperti beban bagimu. Beban kebahagiaanmu. Maafkan aku.
Tapi, se-membebani itu kah aku di dalam hidupmu? Hingga rasa tega itu tak ada kasihnya sama sekali. Ah lagi pula aku tak butuh kasihmu.
Harus sekali menyakiti aku supaya aku melangkah pergi? Iya? Begitu?
Jika begitu, kenapa awalnya mengajak berlari? Kau tau aku kan, aku ini lemah. Kau pasti tau itu. Seharusnya setelah kau tau aku lemah dalam berlari, kau berhenti dan menungguku, bukanya malah berlari meninggalkanku,menyusul yang dapat berlari kencang denganmu. Seharusnya kau tidak seperti itu.
Desember. Hai.
Setelah kau berlari kencang dan menemukan yang yang kuat diajak berlari. Apakah menyenangkan? Ah aku rasa iya. Kau terlihat begitu bahagia ya. Ah aku jadi bahagia melihatnya, walau sisi lain diriku secara nyata terluka. Tapi demi dirimu bahagia, aku rela. Hanya luka saja. Hanya.
Aku mungkin bodoh, rela terluka hanya demi orang yang bahkan meninggalkanku berlari sendiri. Ah tidak masalah.
Desember. Hai.
Semoga kau tidak membaca ini ya. Ah kau tidak mungkin sempat membaca, kau itu 'si super duper sibuk' ya kan? Buktinya memberi kabar saja tidak bisa.
Desember. Hai.
Sebenarnya aku ingin kau tau meski sebenarnya aku tak ingin kau tau. Ah bagaimana sih aku. Aku tuliskan saja, sebagai arti aku benar benar sudah ikhlas melepaskanmu.
Desember. Hai.
Seperti yang aku katakan 'aku mungkin bodoh, rela terluka hanya demi orang yang bahkan meninggalkanku berlari sendiri. Ah tidak masalah. Bagiku, melihatmu bahagia itu adalah kebahagiaan tersendiri untuku. Karena menurutku, setelah apa yang aku lewati bahwa ' bahagia itu tidak harus kau menjadi miliku, bahagia itu adalah saat dimana kau bahagia; meskipun bukan karena aku alasanya' tapi bagiku itu cukup, melihat orang yang aku sayangi bahagia. Untuk apa kita bersama, jika kau tidak bahagia. Itu tidak hanya menyakiti dirimu saja, tapi juga menyakiti diriku. Iya kan? Ah terima kasih bahagia dan bonus sepaket gagal lupanya.
Untuk mu,si pemberi bahagia sekaligus luka. Desember ku yang bahagia nyata jadi luka. Semoga kita dapat kesempatan berjumpa, meski tidak saling menatap bahkan bertegur sapa.
Bagaimana kabarmu? Ah pasti kau baik baik saja. Setelah melepas aku, kau terlihat nyata begitu bahagia. Ah aku jadi merasa seperti beban bagimu. Beban kebahagiaanmu. Maafkan aku.
Tapi, se-membebani itu kah aku di dalam hidupmu? Hingga rasa tega itu tak ada kasihnya sama sekali. Ah lagi pula aku tak butuh kasihmu.
Harus sekali menyakiti aku supaya aku melangkah pergi? Iya? Begitu?
Jika begitu, kenapa awalnya mengajak berlari? Kau tau aku kan, aku ini lemah. Kau pasti tau itu. Seharusnya setelah kau tau aku lemah dalam berlari, kau berhenti dan menungguku, bukanya malah berlari meninggalkanku,menyusul yang dapat berlari kencang denganmu. Seharusnya kau tidak seperti itu.
Desember. Hai.
Setelah kau berlari kencang dan menemukan yang yang kuat diajak berlari. Apakah menyenangkan? Ah aku rasa iya. Kau terlihat begitu bahagia ya. Ah aku jadi bahagia melihatnya, walau sisi lain diriku secara nyata terluka. Tapi demi dirimu bahagia, aku rela. Hanya luka saja. Hanya.
Aku mungkin bodoh, rela terluka hanya demi orang yang bahkan meninggalkanku berlari sendiri. Ah tidak masalah.
Desember. Hai.
Semoga kau tidak membaca ini ya. Ah kau tidak mungkin sempat membaca, kau itu 'si super duper sibuk' ya kan? Buktinya memberi kabar saja tidak bisa.
Desember. Hai.
Sebenarnya aku ingin kau tau meski sebenarnya aku tak ingin kau tau. Ah bagaimana sih aku. Aku tuliskan saja, sebagai arti aku benar benar sudah ikhlas melepaskanmu.
Desember. Hai.
Seperti yang aku katakan 'aku mungkin bodoh, rela terluka hanya demi orang yang bahkan meninggalkanku berlari sendiri. Ah tidak masalah. Bagiku, melihatmu bahagia itu adalah kebahagiaan tersendiri untuku. Karena menurutku, setelah apa yang aku lewati bahwa ' bahagia itu tidak harus kau menjadi miliku, bahagia itu adalah saat dimana kau bahagia; meskipun bukan karena aku alasanya' tapi bagiku itu cukup, melihat orang yang aku sayangi bahagia. Untuk apa kita bersama, jika kau tidak bahagia. Itu tidak hanya menyakiti dirimu saja, tapi juga menyakiti diriku. Iya kan? Ah terima kasih bahagia dan bonus sepaket gagal lupanya.
Untuk mu,si pemberi bahagia sekaligus luka. Desember ku yang bahagia nyata jadi luka. Semoga kita dapat kesempatan berjumpa, meski tidak saling menatap bahkan bertegur sapa.
Komentar
Posting Komentar