Langsung ke konten utama

Mengikhlaskanmu

Sebelumnya terima kasih karenamu perasaanku memang tidak bertepuk sebelah tangan. Kau tidak menjatuhkan aku yang sudah terbang tinggi untuk sebuah harapan dapat dekat denganmu. Kau juga tidak  pernah mengabaikan aku, meski dengan jelas ada seseorang lain yang jauh lebih mencintaimu dibandingkan aku. Kau sendiri yang memilih bersamaku. Dan terima kasih tidak membuat aku kecewa, meski jauh di sana ada hati yang jauh lebih terluka untuk ini.

Setiap waktu dimana kita habiskan bersama, aku selalu bersyukur banyak atas itu. Terima kasih, karena kamu menjadi salah satu alasan dimana aku semangat bangun dipagi hari. Kamu juga, yang telah membuat hariku di hari dulu dengan cepatnya berlalu.

Terima kasih untuk setiap hari bahagianya. Meski hanya dapat memandang punggungmu dari jauh sana, aku tetap menjadikan itu hari bahagia. Berjalan disisimu, itu sudah aku idamkan sejak sekian lama. Itu benar menjadi nyata. Semesta dengan nyata mengabulkan segala semoga. Dan aku begitu bahagia. Setiap langkah kita menapaki jalan, rasanya ingin aku ubah menjadi satuan mili meter, agar langkah kita semakin lama.
Namun nyatanya, semua tak dapat berjalan seperti yang aku mau,takdir terlalu baik untuk kisah ini berakhir happy ending. Tak selang berapa lama, kau meruntuhkan segalanya.


Kehancuran akan diriku, dibuat oleh seseorang yang dulu berkata sangat mencintaiku. Dia meruntuhkan benteng kepercayaanku pada dirinya yang selama ini dengan kokoh aku buat, memporak porandakan pondasi perasaan yang selama ini aku jaga dengan penuh kehati hatian. Kepercayaanku, perasaanku, diruntuhkan sendiri olehnya tepat di depan mataku sendiri.

Seandainya; aku tidak pernah menaruh hati padamu, tidak pernah membalas pesan singkat yang kau kirimkan di sela sela malamku, tidak menatap dan mencuri pandang di setiap kesempatan yang dimana aku dapat menatapmu. Seandainya aku tidak menumbuhkan perasaan ini lebih dalam lagi. Seandainya kamu memilih dia dibanding aku dulu. Seandainya kamu tidak membalas perasaanku. semuanya tidak akan serumit ini.

Sudah lama,sejak hari itu terjadi. Kita sudah tak pernah bertemu lagi. Ternyata waktu punya jalannya sendiri,memisahkan kamu dengan aku begitu jauh. Bahkan waktu sampai mengirimku ke kota lain demi menjauhkan kita. Waktu yang memisahkan,bukan kemauan aku ataupun kamu untuk berjauhan. Aku tegaskan,tidak ada yang saling melupakan bahkan meninggalkan setelah runtuhnya segala perasaan dan kepercayaan. Kita lah yang memilih berjalan tanpa berpegangan tangan,ke arah yang berlainan.

Setiap hari Pertambahan usia,kita selalu bertukar semoga. Disitulah kita kembali membuka ruang obrolan,mencoba sekejap untuk menarik Mendekatkan jarak,meski hanya via pesan singkat. Setidaknya,kita tak benar benar saling melupakan. Selamat Ulang Tahun,semoga hari ini terkhusunya hari berikutnya yang akan kamu jalani semoga semakin bahagia. Sudah cukup,sampai disitu saja batas antara ruang jarak kita. Selebihnya,jarak kembali terbentang. Hanya satu hari dari tiga ratus enam pulih lima  hari dalam satu tahun kita saling menyapa.

Sudah sekian lama sejak hari itu tercipta, ketidakrelaan ini masih saja terus hadir kapanpun dia ingin. Berkali kali, sejak dimana hari di patahkannya hati ini.
Melupakanmu masih menjadi hal yang cukup sulit untuk aku lakukan.
Hukum matematika, nyatanya kau sebaliknya. Hukum matematika;sulit di ingat, mudah di lupakan. Kau; mudah diingat sulit di lupakan.
Bukankah semesta terlalu bercanda bukan? Memberi takdir yang menyakitkan dengan kisah berakhir menyedihkan. Sungguh penuh ketidakadilan .Disebut apakah ini?

Namun lambat laun,aku menyadari. Bahwa Semesta melepaskanmu dari diriku,adalah supaya aku lebih dekat dengan dirimu melebihi saat aku memilikimu. Semesta sedang menciptakan rindu rindu untukmu,bila kau belum merasa,mungkin ini belum waktunya.


Semua sudah berjalan seperti biasanya. Aku, sudah merelakanmu. Silahkan berjalan dengan tenang bersama gadismu, yang baru. Aku tidak akan lagi menunggu dan berharap kamu datang dan berjalan lagi ke arahku. Berharap dengan cara berlebihan ,nyatanya tak berhasil membawamu kembali juga kan? Untuk itulah, sekarang aku memilih duduk dan berhenti di sini saja. Silahkan berlari. Aku tidak akan meminta ditunggui atau mengejarmu lagi. Aku sudah lelah. Setengah nafasku sudah cukup untuk mengejarmu. Sekarang, aku relakan dengan lapang kau mengejar dia yang kau idam idamkan. Jangan perdulikan aku. Oh iya,aku bahkan lupa, kapan terakhir kali perduli mu itu kau pakai.

Januari- Jangan rindu untuk apapun yang telah pergi.













Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dulu

Hai kamu.  Apa kabar? Aku masih saja tak percaya, kau begitu tega. Mempermainkan rasa dan berlaku seolah olah tak terjadi apa apa. Aku masih saja tak percaya,kau yang diawal begitu memperjuangkanku dengan sangat, kini semua itu menjadi apa yang masih saja tak kupercaya. Aku menyukaimu. Cinta. Sayang. Apa ini yang dulu selalu kau sebut sebut? Kau katakan padaku?  Iya ini, yang setelah bertemu yang baru semuanya beda? Kau ingin dia dan melupakan aku?Iya? Begitu rupanya. Lalu, dulu mengapa aku diperjuangkan mati matian jika sekarang aku kau matikan? Mengapa dulu kau mengucap memiki rasa jika yang terjadi hari ini adalah kepahitan? Ini rasa yang kau maksud akan kau ucapkan tapi tak sempat kau selesaikan? Untuk apa kau mengajaku melangkah berdampingan jika sekarang kau sendiri jugalah yang lari dengan kencang? Apa gunanya berjanji tak akan meninggalkan jika hari ini kau sendiri yang pergi tanpa alasan? Untuk apa dulu berkata akulah satu satunya, lalu kenapa ada dia? Mengapa dulu seolah ak

Kita seharusnya tak pernah ada.

Sejak hari dimana kau memutuskan pergi,tidur malam bagiku adalah mimpi buruk yang panjang.Aku tak ingin memejamkan mata. Aku tak ingin hal yang sama terjadi lagi,semua hilang saat aku membuka mata. Masih terekam baik di ingatan,bagaimana seseorang yang kusebut sebagai alasan bahagia,kamu, pergi. Di malam itu,dengan langkah yang sama seperti saat  melangkah ke arahku,kamu gunakan langkah serupa untuk meninggalkanku. Kalau saat itu kita tetap menjadi orang asing,mungkin hubungan kita tidak akan serumit ini. Semua tidak akan sesakit ini. Tidak ada yang perlu merasa kehilangan karena ditinggalkan. Kita masih bisa dekat. Walau hanya berstatus sahabat. Kini,aku menyadari satu hal,meski dengan sangat terlambat. Memilikimu hanya akan membuat diriku menjadi orang pertama yang paling berpotensi kehilanganmu. Aku terlalu di butakan dengan rasa yang ku miliki,hingga bertindak  gegabah  dengan membalas perasaannya begitu mudah. Tanpa berfikir apakah nantinya semua ini tidak akan berubah.

Surat Cinta Untuk Bapak

Lampung, July 2017   Aku menulis ini dengan perasaan penuh rindu, dengan menahan bulir bening yang menggantung dipelupuk mata,yang siap tumpah kapan saja. Bayangan yang tak ada dimasa laluku bahwa dimasa depan, aku harus jauh dari sosokmu. Tahun tahun sulit aku lewati tanpamu. Tahun tahun sulit yang digelayuti rindu temu. Gelisah jika dimasa depan kita belum sempat bertemu lagi, tapi aku sudah tidak dapat menatap mata dan senyumu.    Pak.Apakah kita bisa bertukar posisi?sebentar saja. Aku jadi bapak, bapak jadi aku.  Aku ingin bapak merasakan menjadi aku yang harus jauh dari bapak untuk kurun waktu yang tidak sebentar. Menahan rindu yang menyesakan dada,menahan ingin bercerita apa yang terjadi saat bapak tak ada disampingku. Aku ingin menangis dipelukmu pak, menumpahkan seluruh air mata yang kutahan ditahun tahun sulit yang ku lewati tanpa sosok bapak. Di pelukmu aku ingin menangis,menangis  sekencang kencangnya,saat aku tahu bahwa kita harus berjauhan sementara untuk kurun waktu y